CSR dan Pencapaian MDGs

Pada Minggu 20 September 2010 lalu di New York  Amerika Serikat  berlangsung pertemuan tinggi dihadiri  pejabat tinggi pemerintah, pebisnis dan organisasi  dunia yang terlibat terhadap pencapaian target MDGs (Millenium Development Goals). Para pemimpin  tinggi dunia berkumpul untuk berdiskusi dan berbagi tentang  langkah langkah  ke depan  untuk mencapai MDGs   yang ditargetnya tercapai pada tahun 2015. Banyak yang perlu digarisbahawi  dan dicarikan solusi oleh  pemimpin  Negara seperti resesi ekonomi, ketakutan terhadap pemanasan global, pertumbuhan penduduk yang tinggi dan pertumbuhan  harga harga makanan.

Ada delapan target MDGs yaitu: penurunan  kemiskinan,  kelaparan,  kematian ibu dan anak,  penyakit,   rumah  tidak layak,  ketidaksetaraan gender dan degradasi lingkungan di negara  negara berkembang. Target ini telah disetujui 189 negara pada tahun 2000 lalu. Target pencapaian  MDGs di atas  diharapkan tercapai pada tahun 2015 nanti.

Begitu pun dengan Forum Ekonomi Dunia melalui Global Governance Initiative telah menggelar World Business Council for Sustainability Development di New York pada 2005. Salah satu deklarasi penting, disepakati bahwa CSR jadi wujud komitmen dunia usaha untuk membantu PBB merealisasikan Millenium Development Goals (MDGs). Tujuan utama MDGs mengurangi separuh kemiskinan dan kelaparan di tahun 2015.

Untuk mengatasi hal di atas, perusahaan suasta  terlibat  melalui  program CSR. Istilah CSR, pertama kali dalam tulisan Social Responsibility of the Businessman tahun 1953. Konsep ini digagas Howard Rothmann Bowen dalam menjawab “Keresahan dunia bisnis”. Karena tanpa CSR perusahaan bisa menjadi imej buruk bagi pengusaha yang telanjur tertuduh sebagai pemburu uang yang tak peduli pada dampak kemiskinan dan kerusakan lingkungan.

Dalam implementasinya, kewajiban CSR ternyata masih ada beberapa hal harus dikaji ulang. Pertama, wujud CSR kebanyakan cuma santunan, cepat tanggap atau respek. Padahal tuntutan responsibility tidaklah sesederhana itu. Responsibility yang arti harfiahnya tanggung jawab, yang hukum wajib. Tanggung jawab muncul sebelumnya ada apa-apa dengan perusahaan. Dalam menanganinya, tentu beda antara tanggung jawab dan sekadar kegiatan sosial.

Kegiatan CSR sekarang seolah-olah cukup hanya dengan memberikan sedikit kepedulian. Seperti bagi-bagi sembako, layanan kesehatan sebulan sekali, penataan lingkungan agar tak kumuh, memberikan pelatihan satu tahun sekali, merehab bangunan ketika sudah rusak. Ini contoh aktivitas sosial yang biasa dilakukan. Tentunya bukan CSR yang diinginkan. Kegiatannya cuma seremonial dengan alasan ini kegiatan CSR Lagaknya ingin berjasa besar dalam kepedulian, namun kegiatannya tak mengubah apa pun di dalam masyarakat. Santunan sosial begitu bukan CSR, melainkan Corporate Social Activity (CSA). Maka istilah responsibility sebaiknya diganti activity. Dari Corporate Social Responsibility jadi Corporate Social Activity, he he he.

Perusahaan  yang  menjalanakan  program kegiatan CSR, atau  mendompleng  nama CSR  sekarang marak. Perusahaan  berlomba lomba mengadakan program CSR. Disayangkan  program yang dibuat masih  sebatas  charity. Program Charity  justru  tidak popular  dalam CSR arus utama  sesuai  CSR ISO 26000. Justru CSR ISO 26000  memasukkan  pemberdayaan masyarakat  atau Community Development sebagai bagian dari CSR ISO 26000 dari  tujuh  item  yang ada.

Ketujuh  bidang  yang  sekarang sedang dikembangkan dalam CSR ISO 26000 adalah: Human Righ, Organizational  Governance, Labor Practice,   Environment,  Fair Operating Practice, Consumer Issue, Social Development.

Kini kita dimabukkan dengan program charity perusahaan  yang bukan CSR tapi  gembar  gemborkan  di media massa sebagai  program CSR. Padahal  yang harusnya  lebih dipedulikan perusahaan  yaitiu menjalankan program CSR arus utama. Bukan berarti perusahaan dilarang melaksanakan kegiatan charity.

Di Media Indonesia tgl 19 Oktober 2010  dimuat tulisan  berjudul Alarm Dari Nagoya. Disebutkan dalam tulisan tersebut bahwa  system alam yang menunjang ekonomi , hidup, dan penghidupan di planet berada dalam resiko degradasi yang cepat dan kehancuran. Habitat alami di sebagian  besar dunia menyusut, populasi tumbuhan dan hewan mengalami ancaman.

Pada tahun 2009  ada 36% dari 47.677 species dinyatakan terancam dari kepunahan. Sejak tahun 1970 hingga 2010 terjadi rata rata  31% penurunana spesies vertebrata. Gejolak biologis akibat hilangnya kekayaan hayati dan ekosistem membebani pengeluaran manusia bumi antara US$ 2 dan US$ 5 triliun per tahun.

Sejumlah  pulau  kecil di belahan belahan dunia terancam terendam. Cuaca anomali. Petani pun sulit memprediksi  untuk memulai musim tanam. Banjir , longsor, dan kekeringan  terjadi hampir bersamaan. Contoh paling  parah adalah Ibu kota Jakarta. Dihajar hujan tiga jama saja langsung menimbulkan kemacetan parah. Banjir  terjadi justru kiriman dari daerah lain. Kalau Hujan  diatas satu jam di beberapa titik  langsung tergenang hingga satu meter. Air   tawar makin langka diperoleh di Jakarta dan beberapa titik  jalan  amblas karena  permukaan tanah mengalami penurunan.

Ketika alam  mulai marah, bencana terus terjadi, pertumbuhan penduduk terus bertambah. Pertumbuhan penduduk lebih cepat dibanding  persediaan makanan, dapat menimbulkan  kekurangan gizi bagi masyarakat tidak mampu. Pekerjaan yang terbatas, pengangguran yang tinggi, harga harga makanan yang terus merangkak naik. Apakah  target  MDGs  di tahun 2015 dapat tercapai sementara bila 6,8 miliar penduduk bumi  pada tahun 2007 saja  hidup dengan separuh  kapasitas biologis planet ini,  pada tahun 2030 nanti manusia akan membutuhkan kapasitas dan ruang yang setara dengan dua planet bumi.

Sejak 1960  manusia telah meningkatkan konsumsi pangan dan air hingga dua kali  lipat. Penyebabnya penduduk dunia  berlipat ganda  dan ekonomi tumbuh enam  kali lipat. Pada tahun 2050 diperkirakan akan ada 9,2 miliar manusia di  muka bumi ini.

Melihat data di atas terlihat bahwa  upaya  pencapaian MDGs  di negara berkembang  adalah tidak mudah. Namun kita tak boleh pesimis. Ada  harapan bahwa  pencapaian MDGs  masih bisa  dicapai bila perusahaan di dunia berlomba menjalankan CSR sesuai standar CSR garis utama  ISO 26000.

Ketika perusahaan   di bidang  perkebunana, pertanian atau  perusahaan tambang  bijak  dalam  menjalankan bisnisnya. Ketika  pemerintah  dan perusahaan swasta tidak main mata dengan oknum. Saat  anggota dewan betul betul berjuang  untuk masyarakat. Ketika  semua elemen masyarakat menjalanakan CSR ISO 26000 seharusnya  pencapaian MDGs dapat diraih.

Kerusakan yang terjadi saat ini bisa jadi lantaran parahnya tingkat korupsi,  serakah  menambang bumi, bernafsu  membabat hutan,  pelanggaran  HAM,  tata kelola perusahaan  yang tidak efektif, tidak transparan , adanya monopoli  perdagangan. Kondisi ini hanya akan membuat  yang kaya makin kaya dan  warga miskin makin terpuruk. Kondisi ini hanya akan membuat tingkat kematian  makin  tinggi, kemiskinan makin menjadi,  pengangguran  terus bertumbuh, peluang untuk mendapat fasilitas  pendidikan makin  berkurang. Dengan begitu  target pencapaian MDGs   akan semakin kabur. Tak jelas. Dan hanya menjadi  bahan diskusi  pada pertemuan tingkat tinggi pemimpin negara.

Karena itu  perlu ada  sosialisasi  massiv terhadap  pengertian CSR ISO 26000 demi terwujudnya MDGs. Setelah   seluruh elemen  paham dan menyadari manfaat penerapan prinsip CSR ISO 26000. Dengan begitu tak ada  alasan  tak tahu  pada prinsip CSR ISO 26000. CSR tidak lagi   dipersepsikan salah  .  Kegiatan CSR  bukan lagi  program Corporate  Social Activity,  program Charity, marketing  gimmick, atau  program sinterklas.

Bukan jamannya  lagi  perusahaan  membuat program sekadar  seremony  lalu dimuat di koran  pada halaman  society  dengan  foto  yang besar  k  satu halaman.  Program CSR  adalah  sustainbality. Berkelanjutan. Ada hasil perbaikan. Bisa berupa, masyarakat  lebih  sejahtera, lebih  mandiri, lebih  sehat, lebih cerdas, lebih bahagia  dibanding  masa  masa sebelum  perusahaan  hadir  dan menjalankan  bisnisnya.

Ketika menjalankan  CSR  ISO 26000   atau CSR atau CSR arus utama, maka masyarakat  disekitar   perusahaan beroperasi  tidak  hidup  dalam kondisi yang  lebih  buruk, lebih miskin, lebih sakit, lebih menderita, lebih  terisolasi, lebih buruk .

Ketika CSR arus utrama  dijalankan dengan benar  oleh  pemilik perusahaan  seharuisnya tidak  lagi  kita menyaksikan  ada  warga masyarakat di sekitar  pabrik  yang   menganggur, putus sekolah,  tingkat kematian  bayi dan anak  yang tinggi,  harga makanan  makin  melambung,  tak ada lagi perbedaan  perlakuan  terhadap  suku, agama, kelamin. Dengan demikian apa yang dicita citakan  oleh pemimpin  dunia  terhadap pencapaian target DMGs  sangat sejalan dengan  prinsip CSR arus utama.

Dengan demikian  seharusnya  pemimpin  negara dan pemimpin  perusahaan swasta  bersatu  dalam  membangun  masyarakat. Kita  tidak bisa  mengandalkan  pemerintah saja yang  membangun  masyarakat  karena  kalau kita amati saat pemerintah  justru  kebanjiran utang alias  bangrut  karena tidak  memiliki atau kekuranagn  biaya operasional untuk  menjalankan  aktivitasnya.

Kita  juga tidak bisa membiarkan  pemerintah  membebani  macam macam kewajiban  dengan alasan  prinsip CSR  lalu perusahaan  suasta  diharuskan menyetor  dana CSR  ke pemerintah. Karena  tindakan ini  justru melukai semangat CSR  arus utama.  Jadi bagaimana  dong. Ya biarkanlah    pihak suasta  menjalanakn program CSR  sesuai  kemampuan  mereka masing masing  tanpa adanya   intervensi pemerintah.

Pemerintah  yang menintervensi  perusahaan susata  dengan berlindung  di balik  kata kata CSR  justru  melukai semangata  CSR ISO 26000. Terbukti saat ini ketika  ada perusahaan  tambang yang menyetor  dana CD ke pemerintah daerah  sekian miliar. Yang terjadi  adalah  justru  kesemrawutan, karena pihak penerima  dana  justru  berantem  memperebutkan  dana CD, sementara  perusahaan  penambang  merasa   sudah menjalankan   kewajiban  CSR  maka  ia  ongkang  ongkang kaki saja   merusah  perut  bumi,  menambang   permukaan  bumi tanpa memperdulikan  ekosistem. Dengan  demikian perusahaan  penambang  semakin  berkeliaran  merusak   bumi sedangkan  penerima dana   yang hanya dikuasi   pihak pihak tertentu   malah  mendapat  konflik.  sedangkan  masyarakat  banyak  justru  kehilangan  mata pencaharian karena  tanah untuk  bertani  atau  laut untuk  mencari  ikan  sudah  kehilangan kekayaannya. Petani gigit jari, nelayan  stress.

Hal ini  memperlihatkan bahwa  berlindung  (cari muka) di balik   program CSR  justru  membahayakan kelangsungan hidup  manusia. Sudah  waktunya  perusahaan  peduli  pada  CSR ISO 26000   yang  menjalankan  prinsip CSR dengan benar.  Sudah  waktunya  perusahaan membuat  laporan  berdasarkan  sustainability reporting  yaitu Global reporting inisistif.

Pada masa mendatang  perusahaan  besar  akan  peduli dengan mitra kerja  yang  menjalankan  psinsip CSR dengan  benar. Perusahaan  tukang merusak alam, hutan, sungai, gunung  hanya  mengambil  sisi ekonomi  saja  siap siap   ditinggalkan.  Perusahaan perusahaan  yang   hobby main mata dengan  petugas  pajak atau menjalankan monopoli dalam  bisnis    siap siap akan  dijauhi  mitra kerja. Nah lho ingat itu.

Seminar Wirausaha

Untuk yang kesekian kalinya, PT Tunaskarya Indoswasta  menggelar seminar  wirausaha bagi pekerja di KIB. Teparnya Sabtu 16 Oktober 2010 lalu bertempat di Wisma Batamindo. Seminar yang diikuti seratusan pekerja mulai dari level operator  hingga manajer  ini berlangsung   setengan  hari dengan menghadirkan pembicara  Dwi Welas dan Ibu Hasnah Baiti.

Dwi Welas Februariyanto adalah mantan pekerja di KIB , dulu  bekerja di PT Bulpakindo. Sejak tahun 1999  berhenti sebagai pekerja. Ia memilih menekuni  usaha . Ada berbagai usaha yang ia tekuni mulai dari pembuatan  teralis, hingga  pemasaran  kue. Dari sekian usaha yang ia tekuni  dan bertahan hingga sekarang adalahm usaha  di bisang kue.

Dwi  yang dulu adalah aktivis  Teater Gong mengakui bahwa  usahanya yang dapat ia pertahankan adalah packaging kue. Usaha ini ia lakukan  dari tahun 2004 hingga sekarang. Untuk menambah wawasan tentang packaging, Mas Dwi  mengikuti  berbagai  pelatihan  diantaranya Pelatihan Packaging Rumah Kemasan Disperindag Jawa Barat 2009. Untuk  mendukung usaha  pacakaging ini, Dwi  mendatangkan  aneka  kue  kering  baik  yang dari Jawa  atau  dari Batam dan sekitarnya. Keahlian Mas Dwi  dibidang Packaging membuat produk  yang ia pasarkan  tidak pernah kehabisan  pelanggan khususunya  menjelang  bulan suci  ramadhan. Merka dagang  yang  ia  kembangkan  untuk kue kering  Dwi Welas  adalah  Enha  Snack.  Produk ini  rutin disuplai ke gerai   Oleh Oleh Khas Batam Kek Pisang Villa.

Kegiatan  Dwi Welas di biadang  wirausaha  cukup  padat. Ia tidak senang puas. Ia suka jalan dan  mencari relasi. Ia  adalah alumni Batam Pos Enterpreuner School III. Menjadi UKM  binaan HUPMI Kepri dan Kadin Kepri. Juga mengisi rubrik konsultasi Batam Pos Minggu tentang Packaging. Aktif mengisi materi  seminar  tentang kemasan 3M (Murah, menarik dan menjual)

Dwi  Welas mengaku bahwa  usaha yang dibuat tak perlu  kuatir bila  ada  pesaing karena kita  harus terus melakukan inovasi. Dikatakan oleh Dwi bahwa   untuk  agar usaha yang kita kelola  tidak  monoton  dan dikalahkan   oleh pesaing  makanya ia kembangkan  pelatihan  kemasan 3M (murah, menarik dan menjual). Dwi juga  menekuni usaha  pemasaran  mesin  packaging  dari China.  Mau belajar, mau melakukan  perubahan dan kreatif  adalah  cara yang  Dwi  lakukan  dalam mengembangkan usahanya.

Kini  Dwi Welas  juga  mengembangkan  usahanya  yaitu  Prasmanan Mbak Sri  serta  katering.  Dia  mengaku  dapat  memperoleh omset  sekitar 30 an juta perbulan.

Pembicara kedua adalah  pemilik usaha mpek mpek bernama Ibu Hasnah Baiti .  Dia adalah murni  pengusaha  yang berangkat dari nol. Ketika suaminya  di PHK  dari tempatnya bekerja   maka ibu Hasnah  mengambil  peran  untuk  menjalankan  usaha  pembuatan  mpek mpek. Ibu Hasnah adalah binaan  dari DSNI (Dana Sosial Nurul Islam). Meski tidak berpendidikan tinggi   bukan berarti  Ibu Hasanah  tidak bisa  menjalankan usaha. Berkat  ketekunan  ia  tidak hanya  menekuni usaha  pembuatan  mpek mpek tapi juga   telah berhasil membuka  butik. Dulu  ia tinggal di ruli  namun sekarang ia sudah mengambil rumah di  Puri Agung. Produk  mpek mpek  buatannya  telah  menembus  sejumlah perusahaan. Ibu Hasnah mengahakui bawha  membat mpe  mpe   pada  awalnya  bukan keahliannya. Lalu ia belajar  sama orang lantaran suami tak ada pekerjaan. Nyatanya  bisa juga. Bagaimana  sehingga  usahanya bisa  berjalan lancar. Rupanya  Ibu Hasnah  menggunakan prinsip  berbagai. Empe empe buatannya  kalau tidak habis terjual  maka  disumbangkan ke orang lain.  Ia tak mau  makanan  yang ia buat  jadi mubasir. Prinsip  Bu Hasnah adalah berbisnis dapat pahala dan masuk surga.

Omset yang ia peroleh  perhari dari usaha mpek-mpek  adalah  700.000 perhari. Dari mpek mpek dan butik  ia dapat penghasilan  bersih sebulan  enam juta.  Itu adalah buah dari ketekunan  atau istiqomah. Dari  kondisi  yang serba  sulit  , pahit  dimana suami kena PHK dan  harus menghidupi tiga orang anak  Bu Hasnah berani  membuat  usaha pembuatan dan penjualan mpek mpek  karena  hanya itulah keahlian  ia  ia peroleh setelah belajar sama orang lain.

Usaha  yang ia  tekuni  bukannya  mulus. Ia mengalami jatuh bangun namun berkat ketekunan  Bu Hasnah   akhirnya    dapat memetik  hasilnya. Saat  seminar  wirausaha  di Wisma Batamindo  ia tidak percaya  dapat berdiri di depan  pekerja   berpendidikan tinggi. Ia merasa grogi berbicara pada  acara seminar  wirausaha ini. Karena ia tidak mengenyam pendidikan tinggi. Ia  murni  hanya ingin  berbagi pengalaman  bagaimana menjalankan sebuah  usaha  dari  nol.  Ia percaya  bahwa  pekerja di KIB  yang  berpendidikan  dan memiliki  modal  sangat  bisa  untuk menjalankan  bisnis.

Acara didukung Gramedia. selama  seminar berlangsung  peserta yang beruntung  memperoleh buku dari pihak Gramedia.

Rumah Sehat Pekerja

Rumah pada dasarnya merupakan tempat hunian yang sangat penting bagi kehidupan setiap orang. Rumah bukan sekedar  tempat  melepas lelah setelah bekerja seharian. Rumah memiliki arti yang penting sebagai tempat untuk membangun kehidupan  sehat dan sejahtera. Rumah atau tempat  tinggal pekerja merupakan  kebutuhan  yang tak bisa ditawar.

 

Perumahan  pekerja sangat penting dalam proses  peningkatan  kinerja pekerja.  Rumah yang sehat dan layak huni  memiliki kondisi fisik, kimia, biologi di dalam rumah dan memungkinkan penghuni memperoleh  kesehatan  optimal. Rumah  tidak sehat berarti  rumah yang tidak  mendukung kesehatan penghuninya.

Idealnya sebuah rumah atau tempat tinggal  harus mempunyai fungsi sebagai berikut :

1. Mencegah terjadinya penyakit

2. Mencegah terjadinya kecelakaan

3. Aman dan nyaman bagi penghuninya

4. Penurunan ketegangan jiwa dan sosial

Apa sajakah yang perlu kita  tekankan  sebagai  rumah sehat. Di bawah ada beberapa yang perlu diperhatikan bagi pekerja yang memilih  rumah sebagai istananya, diantaranya: memiliki sirkulasi udara yang baik, penerangan yang cukup. Tersedia air bersih, adanya  Pembuangan air limbah yang diatur dengan baik agar tidak menimbulkan pencemaran. Bagian-bagian ruang seperti lantai dan dinding tidak lembab serta tidak terpengaruh pencemaran seperti bau, rembesan air kotor maupun udara kotor.

Rumah sehat  kini  mudah kita temui karena beberapa perusahaan telah membuat  perumahan karyawan atau mess karyawan yang layak huni. Pengelola Kawasan Industri Batamindo  kini memiliki  ribuan unit rumah  untuk tempat tinggal pekerja. Populer di sebut dormitory. Dormitory yang disediakan pengelola  Kawasan  Industri Batamindo tidak hanya memenuhi unsur di atas  tapi betul- betul  sangat dekat dengan lokasi pabrik sehingga pekerja yang tinggal di dalam areal perumahan dormitory  bisa  melakukan penghematan biaya transportasi. Dapat menggunakan sejumlah  fasilitas  untuk berolahraga  yang disediakan  secara gratis  oleh Pengelola  Kawasan Industri Batamino . Persyaratan Kesehatan Rumah Tinggal menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor : 829/Menkes/SK/VII/1999 adalah sebagai berikut:

1. Bahan Bangunan

a. Tidak terbuat dari bahan yang dapat melepaskan zat-zat yang dapat membahayakan kesehatan, antara lain sebagai berikut :

  • · Debu Total tidak lebih dari 150 µg m3
  • · Asbes bebas tidak melebihi 0,5 fiber/m3/4jam
  • · Timah hitam tidak melebihi 300 mg/kg

b. Tidak terbuat dari bahan yang dapat menjadi tumbuh dan berkembangnya mikroorganisme patogen.

2. Komponen dan penataan ruang rumah

Komponen rumah harus memenuhi persyaratan fisik dan biologis sebagai berikut:

a. Lantai kedap air dan mudah dibersihkan

b. Dinding

  • · Di ruang tidur, ruang keluarga dilengkapi dengan sarana ventilasi untuk pengaturan sirkulasi udara
  • · Di kamar mandi dan tempat cuci harus kedap air dan mudah dibersihkan

c. Langit-langit harus mudah dibersihkan dan tidak rawan kecelakaan

d. Bumbung rumah yang memiliki tinggi 10 meter atau lebih harus­ dilengkapi dengan penangkal petir

e. Ruang di dalam rumah harus ditata agar berfungsi sebagai ruang tamu, ruang keluarga, ruang makan, ruang tidur, ruang dapur, ruang mandi dan ruang bermain anak.

f. Ruang dapur harus dilengkapi dengan sarana pembuangan asap.

3. Pencahayaan

Pencahayaan alam atau buatan langsung atau tidak langsung dapat menerangi seluruh bagian ruangan minimal intensitasnya 60 lux dan tidak menyilaukan.

4. Kualitas Udara

Kualitas udara di dalam rumah tidak melebihi ketentuan sebagai berikut :

a. Suhu udara nyaman berkisar antara l8°C sampai 30°C

b. Kelembaban udara berkisar antara 40% sampai 70%

c. Konsentrasi gas SO2 tidak melebihi 0,10 ppm/24 jam

d. Pertukaran udara

e. Konsentrasi gas CO tidak melebihi 100 ppm/8jam

f. Konsentrasi gas formaldehide tidak melebihi 120 mg/m3

5. Ventilasi

Luas  ventilasi a1amiah yang permanen minimal 10% dari luas lantai.

6. Binatang penular penyakit

Tidak ada tikus bersarang di rumah.

7. Air

a. Tersedia air bersih dengan kapasitas minmal 60 lt/hari/orang

b. Kualitas air harus memenuhi persyaratan kesehatan air bersih dan air minum sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

8. Tersediannya sarana penyimpanan makanan yang aman dan hygiene.

9. Limbah

a. Limbah cair berasal dari rumah, tidak mencemari sumber air, tidak menimbulkan bau dan tidak mencemari permukaan tanah.

b. Limbah padat harus dikelola agar tidak menimbulkan bau, tidak menyebabkan pencemaran terhadap permukaan tanah dan air tanah.

10. Kepadatan hunian ruang tidur

Luas ruang tidur minimal 8m2 dan tidak dianjurkan digunakan lebih dari dua orang tidur dalam satu ruang tidur.

Kondisi di Batam, pertumbuhan  rumah tinggal bagi pekerja  cukup tinggi. Tidak semua pekerja sanggup mengambil rumah. Tidak sedikit diantara pekerja  yang terpaksa  memilih hidup di ruli sebagai tempat tinggal. Ruli adalah pilihan  lantaran ada sebagian pekerja yang memiliki budget   tipis untuk  tinggal di perumahan. Namun  pemerintah  Kota Batam tidak ingin  kota Batam  dipenuhi  dengan  ruli. Karena itu pemerintah  daerah  berusaha  mengatasi  perumahan  kumuh  yang tidak layak huni  dengan  menggantikan  rusunawa.

Pemerintah Batam  punya target  membangun  enam rusun per tahun. Kini sudah ada 51 rusunawa milik Pemko Batam, Otorita Batam dan Jamsostek. Hingga tahun 2014  ditargetkan membangun  24 rusunawa baru.  Tahun 2025  ditargetkan ada 350 twin block rusunawa hadir  di Batam.

Pada  hari Jumat 8 Oktober 2010 lalu,  ada tiga Mentri negara  yang datang ke Batam untuk meresmikan rusunawa Kabil dan Mukakuning. Peresmian dilokasikan di Kabil. Ketiga menteri yang hadir adalah Mustafa Abubakar menteri BUMN, Muhaimin Iskandar menteri Tenaga Kerja dan  Suharso Monoarta menteri Perumahan Rakyat.

Rusunawa di Kabil dibangun di atas lahan 10 hektar. Di lahan ini akan di bangun 10 twin block.

Jamsostek baru saja membangun empat twin blok, satu blok di Mukakuning dan tiga blok di Kabil. Saat peresmian, Muhaimin mengatakan bahwa  salah satu keunggulan rusun di lingkungan kerja adalah penghematan biaya transport dan  dapat mengurangi  kecelakaaan di jalan raya lantaran  faktor jarak yang dekat ke tempat kerja.

Pembangunan  rusunawa  sebaiknya dibangun di lokasi strategis yang dekat dengan  tempat kerja dan  tersedianya aneka fasilitas pendukung. Ada  kasus menarik di Jawa. Pembangunan  rumah susun dibuat pada daerah  yang salah strategis.Berlokasi di  daerah  pinggiran dan jauh dari  tempat kerja. Rumah susun  seperti itu  di bangun di  salah satu daerah di Jakarta, ternyata  sampai saat ini tidak diminati oleh pekerja, lantaran  pekerja berat di ongkos  transport ke  lokasi kerja.

Gubernur Kepri H.M. Sani mengatakan bahwa ada 40 ribu  unit rumah di Kepri yang tak layak huni . Sani  menargetkan melakukan renovasi  rumah sebanyak  20 ribu  selama masa kepemimpinannya.

Menteri Perumahan Rakyat Suharso Monoarfah  mengatakan bahwa di seluruh dunia ada jutaan  orang yang tidak punya tempat  tinggal, butuh 200 juta pembanguna rumah setiap tahun. Di Indonesia sendiri pada tahun 2009  ada delapan juta orang yang tidak punya  tempat tinggal  dan baru 58 juta orang  yang tinggal di  rumah. Di negeri  ini kawasan kumuh terus naik  dari 54 ribu hektar kini telah menjadi 57 ribu  hektar kawasan kumuh. Kawasan kumuh  muncul lantaran  penghasilan  rata  rata  penduduk Indonesia  masih di bawah 4,5 juta per kepala atau  di bawah  harapan. Sementara  kredit  kepemilikan rumah  cenderung tinggi. Karena itu ia sangat  mendukung  program Jamsostek  yang  membangun rusunawa. Kini  Jamsostek memiliki dana pekerja yang tersimpan sebesar 4 triliun rupiah dari empat juta pekerja peserta Jamsostek.

Berubah Ala Burung Elang

IPSM (Ikatan Praktisi Sumber Daya Manusia)  Barelang  pada hari Sabtu  25 September 2010  melaksanakan seminar  dan pelantikan Pengurus IPSM Periode 2010 – 2013. Tema seminar adalah Unleash Your Power Within Using NLP. Pembicara  adalah  Mindset Motivator Krishnamurti.

Pengurus IPSM  dilantik oleh  Ketua Pembina IPSM Barelang  yakni Dr. John Sulistiawan.  Dalam  kata sambutannya  John  memberikan  motivasi  kepada seluruh pengurus IPSM. John mengisahkan   kehebatan  Burung Elang

Burung elang adalah kisah perubahan yang menarik untuk dijadikan contoh. Ketika anak burung elang lahir, sang induk elang mempersipkan  rumah (sarang burung) untuk berlindung. Sang anak diberi makan  dan perlindungan.  Ketika anak burung elang  beranjak remaja, sang ibu  mengajari sang anak elang untuk mengepakkan sayapnya. Induk elang  mengamati perkembangan  sang anak. Ketika waktunya tiba sang induk lalu mengajak sang elang remaja  ikut terbang tinggi lalu melepaskan  dari atas ketinggian. Mau tidak mau sang anak elang belajar terbang. Ketika sang elang remaja dilepas  sang induk membiarkan sang elang remaja  terbang sendiri meski dengan  susah payah dan hamir jatuh. Saat  sang elang remaja  tidak bisa  menguasai diri, lalu   ibu elang  mendekat lalu  terbang dengan posisi  di bawah  elang remaja. Anak elang  lalu diantar kembali ke sarang.

Sampai  saatnya  ketika  elang remaja sudah bisa terbang sendiri,  induk dan anak kembali ke  sarang. Namun sang elang remaja masih  suka  berdiam di sarang sambil menunggu kiriman makanan dari  induknya (Comfort Zone). Mengetahui hal tersebut, induk elang lalu mengusir  sang anak . Lantaran elang remaja tak mau meninggalkan sarang yang dibuat induknya, maka sang induk mengambil langkah  ekstrim yakni merusak  sarang  burung  yang ia buat sendiri. Induk elang sudah tahu kalau sang anak sebetulnya mampu terbang

Dengan demikian sang elang  remaja   mau tidak mau belajar hidup sendiri dan  mandiri. Anak elang  survive  tanpa tergantung  dengan sang induk. Induk elang berhasil  dalam melatih anak elang  menjadi tangguh, mencari makan sendiri, terbang tinggi dan bisa menghadapi lawan

Tatanan dunia industri masa mendatang makin berat,  kompetisi di pasar global, diperlukan harga dan  kualitas kompetitif. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan pasti berubah sebagai bagian daridunia bisnis, kata John.

John  memotivasi  pengurus IPSM agar  membuat  tantangan  yang dapat  membawa IPSM  tidak hanya dikenal di Kepri tapi juga  di kenal seluruh Indonesia.

Dikatan oleh John bahwa  sejak Batam dirintis  oleh para pemimpin  seperti Ir. Sokarno, ada  tugas dibebankan kepada Lemhanas. Saat itu ada  delapan tugas yang  dikenal dengan istilah Astagatra  untuk mengatasi masalah bangsa.yakni: Geografi, Demografi,  Sumber Kekayaan Alam, Ideologi, Politik, Ekonomi, Sosial Budaya  dan Pertahanan Negara. Dari kedelapan astagatra  tersebut yang  yang mendapat  penekanan  adalah  masalah demografi. Di negara lain yang paling mendapat  perhatian  adalah masalah persaingan SDM. Negara yang sangat  kaya sumber daya alam  namun tidak memiliki sumber daya  manusia  akan dikuasa  oleh negera lain.

Contoh yang  menarik adalah masalah   gas di negeri Ini . lantaran SDM lokal kalah  dari negara lain dalam penanganan  gas maka  gas  yang melimpah tersebut justru dikuasai oleh negara lain.

Masalah lain adalah sulitnya  mencari  enginer  dari dalam negeri, kalaupun ada  sudah di ijon  oleh negara lain.  Kini ribuan sarjana hasil  didikan  BJ Habibie  sudah banyak  yang diambil oleh negara lain.

IPSM sejak dua belas tahun  hingga  sekarang telah dipimpin   oleh enam orang ketua. Indra Nirmala adalah ketua umum yang ke enam. Di bawah kepemimpinan  Indra Nirmala   struktur  organisasi  dibuat ramping   agar dapat menjadi bisnis partner para pengusaha  .

Usai  sambutan  oleh  ketua Umum IPSM dan  ketua pembina  John Sulistiawan dilanjutkan  dengan  seminar  yang dibawakan oleh  Krishnamurti. Krishnamurti adalah  seorang mindset  motivator.

Kegiatan ini berlangsung  dari pukul 09.00  dan berakhir pada pukul 14.00 bertempat di Hotel Harmoni One Batam Center. Selama seminar berlangsung  Krihsnamurti  banyak mengajarkan kepada  peserta seminar  cara sederhana  berpikir positif  dan menggunakan kekuatan energi positif.  Krishnamurti  mampu  membawakan  materi dengan menarik, serius  namun santai.