Monas dan Patung Pangeran Diponegoro

Monas menjadi  sasaran  warga Jakarta  untuk  refreshing  sast libur.  Tempat  yang paling  mudah dijangkau oleh warga Jakarta  termasuk  warga luar  Jakarta.  Tulisan saya sebelumnya,   mengulas  tumbuhan, bunga dan burung   di sekitar Monas,  juga terdapat  sarana olahraga  dan  musium.  Sebagai  pencinta seni,  ada  yang menarik  dan tak bisa dilewatkan.  Apakah itu?   ya  patung.  Ada patung   yang  berdiri kokoh.  Patung Pangeran Diponegoro.

IMG_7338

Patung tersebut  merupakan simbol  perlawanan  Bangsa Indonesia  melawan  penjajah Belanda.  Patung  Diponegoro  adalah  patung   yang berdiri kokoh  seolah mengawal  dan menjaga  keberadaan  Monas.  Diponegoro  adalah  pahlawan bangsa.  Pengorbanannya   untuk  Bangsa ini  sangat  besar. Perjuangan  Diponegoro  adalah  kisah  perlawanan di  Jogyakarta.  Diponegoro  ditangkap Belanda   dan dikirim  ke Batavia.  Dari Batavia lalu dikirim ke Benteng Amterdam   di Manado  lalu  dipindahkan lagi ke benteng Rotterdam di Makassar.

Pangeran Diponegoro  putra sulung Hamengkubuwana III,  Raja Mataram di Yogyakarta. Lahir pada 11 November 1785 di Yogyakarta.  Ibunya bernama R.A. Mangkarawati,  adalah  garwa ampeyan (istri non permaisuri) yang berasal dari Pacitan. Pangeran Diponegoro bernama kecil Bendoro Raden Mas Ontowiryo.

Menyadari dirinya  sebagai putra seorang selir, Diponegoro menolak harapan sang Ayah, Sultan Hamengkubuwana III, untuk mengangkatnya menjadi raja . Ia menolak karena ibunya  bukanlah permaisuri. Diponegoro mempunyai 3 orang istri: Bendara Raden Ayu Antawirya, Raden Ayu Ratnaningsih, & Raden Ayu Ratnaningrum.

Diponegoro  lebih memilih kehidupan  yang merakyat.  Lebih fokus pad a kehidupan keagamaan.  Ia  tinggal di Tegalrejo , tempat tinggal eyang buyut putrinya, Permaisuri dari HB I Ratu Ageng Tegalrejo daripada di Keraton.

Pemberontakannya terhadap Keraton dimulai sejak kepemimpinan Hamengkubuwana V (1822) dimana Diponegoro menjadi salah satu anggota perwalian yang mendampingi Hamengkubuwana V (usia 3 tahun ketika itu), sedangkan pemerintahan sehari-hari dipegang oleh Patih Danurejo bersama Residen Belanda. Cara perwalian seperti itu tidak disetujui Diponegoro.

Saat  pembuatan jalan  ke arah Muntilan,  dimana   rute jalan yang  dipilih  Belanda  melintasi makam leluhur  Pangeran Diponegoro.  Pangeran  Diponegoro  tidak  terima  dan melakukan perlawanan terhadap Belanda.  Perang  meletus  selama  lima tahun. Belanda  mengalami banyak kerugian  termasuk  korban jiwa.

Pangeran Diponegoro   adalah  pahlawan. Jasanya  besar. Setelah  ditangkap Belanda,  Pangeran Diponegoro   di kirim ke Menado  dan terakhir  masa hidupnya berakhir di  Makassar.  Pada tanggal 8 Januari 1855 Diponegoro wafat dan dimakamkan di kampung Jawa Makassar.

Tinggalkan komentar