Perjalanan ke Taliabu dan Pelatihan Leadership

Masih segar dalam ingatan saya di akhir November 2016 saat mendapat tugas ke Pulau Taliabu. Perjalanan yang melelahkan ditempuh dari Batam  menuju Pulau Taliabu.  Transit di Jakarta, Makassar dan Luwuk Banggai. Penerbangan  dengan Lion Air  atau Sriwijaya. Nama bandara di Luwuk adalah Bandar Udara Syukuran Aminuddin Amir. Di Luwuk  ada sejumlah hotel  yang bisa dipilih. Saya dan Dedi memilih  istrahat di Hotel Grand Soho. Dekat dari pelabuhan rakyat.

Perjalanan ke Taliabu sejatinya dengan kapal cepat pada hari selasa pukul 5 pagi. Namun kapal cepat yang  perusahaanan sediakan mengalami gangguan mesin. Di perjalanan yang telah ditempuh  sekitar setengah jam dihentikan. Kapal cepat memilih  balik ke pelabuhan  rakyat.

Kembali ke Grand Soho Hotel. Melemparkan badan ke kasur. Tarik selimut lagi. ada  waktu, kesempatan keliling  Kota Luwuk yang damai dan tenang. Mencari makanan khas Luwuk. Ketemu tempat makan pavorit. Namanya Rumah  Makan Surabaya. Menyediakan menu ikan bakar. Ikan segar baru ditangkap. Aromanya  menggoda, ditambah  cabe yang pedas. Selera makan jadi naik. Ikan yang disuguhkan semuanya segar. Daging ikan  yang menyentuh lidah terasa manis. Sensasi luar biasa.

Harga dua porsi ikan bakar plus minum dan nasi seharga seratus ribuan.  Wah, harga yang sangat menarik bagi  pencinta makanan laut. Sebagai pembanding,  harga  ikan bakar sejenis kalau di Batam  bisa  tiga  hingga empat kali lipat untuk porsi yang sama. Surga makanan  laut , pikirku dalam hati.

Saat makan di  Rumah Makan Surabaya  ketemu dengan  pilot dan pramugari  pesawat Wing Air  yang saya tumpangi. Wah ketemu lagi,  pikir saya. Pramugarinya  yang sedang makan masih dengan seragam kebanggan berwarna merah,  tersenyum ramah.

Malam  pukul 19.00  meninggalkan Grand Soho  menuju pelabuhan. Sejumlah kapal kayu  telah ramai oleh aktivitas. Deretan kapal  kayu yang sandar ramai   proses  angkut dan muat barang  barang serta penumpang. Saya dan Dedi mendapat kamar dekat  dari ruang kemudi. Lumayan ada mesin pendingin.

Kapal perlahan lahan meninggalkan  deramaga. Jam di tangan menunjukkan  pukul 21.00. angin malam mulai terasa. Lampu lampu  kapal sungguh indah. Kota Luwuk  bertabur lampu sangat jelas  saat  kapal sudah  jauh meninggalkan  dermaga. Saya dan Dedi  memilih  ngobrol dengan penumpang di  bagian balakang  yang berfungsi sebagai kafe. Ada aneka  makanan dan minuman yang dijual. Sebagai hiburan satu satunya adalah  fasilitas karaoke. Layar menggunakan screen. Sound systemnya  yang keras  hilang ditelan  suara ombak. Pop Mie instan  dan  segelas kopi panas adalah pilihan yang menggoda. Menikmati makanan sembari  melihat  deburan ombak dan bintang.

Perjalanan Luwuk ke Pulau Taliabu ditempuh sepuluh jam. Rabu pukul enam pagi tiba di  port Taliabu. Pasir putih,  ombak menggulung,  hutan yang terjaga baik menyambut kami. Port masih dalam proses  pengerjaan.  Power House juga masih dalam proses  pengerjaan. Pekerja  konstruksi  yang berkulit putih  dan bermata sipit  dengan gesit  bekerja di  area port. Dari jauh terlihat conveyor berwarna biru  menembus  hutan.

Conveyor  adalah suatu sistem mekanik yang mempunyai fungsi  memindahkan barang dari satu tempat ke tempat yang lain.. Conveyor banyak dipakai di industri  untuk memindahkan barang  yang jumlahnya sangat banyak  dan berkelanjutan.

Turun dari kapal  perjalanan diteruskan dengan minibus yang dusah dimodifikasi. Seolah menaiki kendaraan yang mengikuti Paris  dan Dakkar. Jangan bayangkan  jalan mulus. saat hujan roda ban akan beradu dengan lumpur tebal dan  jalan yang licin. Saat musim kering, debu  tebal  yang berasal dari pergesekan ban kndaraan dengan jalan.

Pulau Taliabu  berbenah. Perusahaan Tambang  biji Besi  mulai  menggeliat. Meski belum beroperasi namun semangat warga untuk memajukan  pulu Taliabu  terlihat antusias. Keberadaan  perusahaan tambang dapat memberikan efek positif. Dengan adanya  lapangan kerja   dapat mengurangi  pengangguran. Lulusan sekolah di Taliabu  dapat  bekerja  di  kampung sendiri  tanpa harus merantau ke daerah lain.

Perjalanan dari  pelabuhan ke  Site Office  ditempuh dalam waktu satu jam. Sampai di lakosai kami langsung masuk ke  kelas.  Peserta pelatihan  berjumlah 40  orang telah duduk rapi di ruang training. Uniform berwarna orange bergaris warna silver di bagian dada menandakan kuatnya  simbol pekerja  tambang.

Nikolas  Manager Operasional  di PT SDM  Taliabu  membuka  training dengan sambutan. Saya dan Dedi  mengambil alih  kelas. Kembawakan training kepemimpinan.  Start pada  pukul 09.00  dan berakhir 16.00. Materi Basic Peadership  tuntas diberikan. pendakatan training adalah audio, visual, tastik dan kinestesik.

Materi yang diberikan  adalah Memimpin Diri Sendiri,  Pengertian , Tipe, Kepemimpinan Situasional, Keterampilan  sebagai Semimpin, Membangun Trust.

Seluruh peserta sangat antusias mengikuti jalannya pelatihan. Mengharap kami kembali memberikan pelatihan  tambahan. Teman teman di sana sangat haus akan ilmu pengetahuan.

Sore itu juga  saya dan Dedi  kembali ke port dan naik kapal kayu yang sama  yang mengantarkan kami kembali ke Luwuk Banggai. Kamis  pagi tiba  dengan selamat di Luwuk. Esoknya  perjalan diteruskan dengan pesawat Lion Air. Tiba di Batam pada hari Jumat Malam.

 

 

 

 

 

2 Komentar (+add yours?)

  1. Ezra Wahyu
    Mar 06, 2018 @ 18:18:19

    Selamat pagi, apkaah ketika bapak berada di pulau taliabu di perusahaan temabng tersebut terdapat banyak penolakan dari warga sekitar? terimaksih

    Balas

    • marumpa
      Mei 08, 2018 @ 08:43:43

      Dear Esra Wahyu. Pengalaman saya ke Taliabu cukup ok. Gampang berbaur dengan warga bahkan bisa akrab. Tergantung kemampuan beradaptasi dan bergaul. Kalau memiliki EQ bagus akan mudah berbaur dengan teman teman di mana saja. Salam.

      Balas

Tinggalkan komentar