Catatan Dari Peringatan HUT RI Ke- 64 di KIB

Memperingati Hari Kemerdekaan RI di Kawasan Industri Batamindo berlangsung setiap tahun. Pada tahun ini persiapan dilakukan jauh hari. Mulai dari latihan pasukan pengibar bendera, panggung, dekorasi, konsumsi, acara dan seksi undangan. Panitia melakukan persiapan sejak bulan April.

Jumat 14 Agustus 2008 panitia menjemput tim Marching Band Kartini yang berlokasi di Seraya. Jam menunjukkan pukul 14.30. Pelajar dari SMK dan SMA Kartini yang terpilih sebagai pasukan marching band berkumpul di depan pintu gerbang sambil menenteng tas. Mereka akan bertugas sebagai tim marching band saat upacara bendera HUT RI ke 64 di KIB. Sudah menjadi tradisi sebelum tanggal 17 Austus tiba, tim marching band menjalani masa karantina. Lokasi karantina adalah Dormitory Kawasan Industri Batamindo.

Semangat tim marching band terlihat dari latihan yang tidak mengenal lelah. Tanggal 14 Agustus Jumat malam mereka kembali melakukan latihan di lapangan basket Blok A5. Esoknya, jam 05.00 bangun dan sarapan. Jam 05.30 tim marching Band Kartini berjalan teratur ke lapangan CC. Pukul 06.00 sudah berdiri di lapangan bola CC meski peserta gladi bersih dari perwakilan perusahaan belum hadir. Sehari sebelumnya panitia juga sudah melakukan gladi kotor di tempat yang sama.

Gladi Bersih berlangsung dua kali. Usai gladi diteruskan dengan brefing untuk melihat kesiapan semua panitia. Masing masing seksi menyampaikan laporan. Ada beberapa kekurangan yang masih menganggu pikiran panitia pelaksana.

Sehari sebelumnya, pada hari gladi kotor berlangsung panitia masih resah , seksi undangan resah karena total pekerja yang mewakili perusahaan untuk mengikuti upacara baru menembus angka 300 orang. . Laporan dari seksi undangan menyampikan bahwa jumlah peserta dari perusahaan yang telah melakukan konfirmasi ke panitia baru berjumlah 300 an orang. Padahal panitia mengharapkan perusahaan mengirimkan perwakilan di atas seribu orang. Jumlah karayawan di KIB diatas angka lima puluhan ribu orang. Ke mana yang lainnya!

17 Agustus 2009, penulis bangun sangat pagi. Usai shalat subuh langsung meluncur ke lapangan bola Community Center. Pukul 05.00 sudah berada di CC. Melakukan koordinasi dengan tim Marching Band Kartini. Sebagai panitia di seksi acara, sudah menjadi rutinitas tahunan menyiapkan acara sebaik mungkin termasuk Marching Band . Alhamdudillah tim marching band sudah siap. Mereka yang berjumlah 72 orang telah bangun lalu sarapan dan berdandan. Pukul 06.00 seluruh anggota tim Marching Band Kartini sudah berdiri rapi di lapangan upacara.

Beberapa pasukan upacara tidak hanya berasal dari perwakilan perusahaan tapi juga berasal dari Angkatan Darat dan Kepolisian turut meramaikan upacara di CC. Perwakilan unit kegiatan seperti KSR PMI, Pramuka , Cumfire, Mudika, Agape, RMKIB, terlihat rapi di barisan upacara. Juga hadir perwakilan dari Transkib, OKIB, Security CSM. Yang menjadi ispektur upacar adalah Kapolda Kepri Brigjen Dikdik Mulyana Arief Mansur.

Rankaian upacara berlangsung tertib dan lancar. Pasukan pengibar bendera yang berasal dari karyawan PT BIC, PT Shinetsu terlihat kompak dan bersemangat. Rangkaian upacara dari awal hingga akhir berjalan tertib. Atraksi hiburan yang disuguhkan pada akhir acara diisi pertunjukan gasing dan Marching Band Kartini.

Hanya satu yang mengganjal dipikiran penulis. Kenapa perwakilan upacara dari perusahaan yang merupakan tenat di KIB tidak seramai tahun-tahun sebelumnya. Apakah nasionalisme sudah memudar di dada Pemuda Indonesia.

Apa yang menyebabkan pekerja di KIB kurang bersemangat mengikuti upacara. Saya lalu mencoba mencari jawabnya sendiri. Apakah karena hari libur yang panjang dari Sabtu, Minggu dan Senin sehingga banyak pekerja yang terlanjur memilih berlibur ke pantai.

Lantaran hari Senin adalah hari libur dimana peringatana HUT Kemerdekaan RI ke -64 jatuh pada hari tersebut menimbulkan masalah bagi beberapa HR Manager di KIB untuk mengirimkan perwakilannya mengikuti upacara bendera. Penulis mencoba menanyakan ke salah satu HR Manager tentang masalah tersebut. Penulis mendapat sebuh jawaban bahwa pekerja bersedia mengikuti upacara bendera kecuali diberi lembur dan disediakna transport. Hah ? ternyata nasionalisme hanya dihargai sebatas lembur.

Penulis sempat menemui rombongan pekerja yang tidak mengikuti upacara bendera meskipun sudah diberi undangan oleh panitia. Jawaban yang diperoleh adalah anak-anak ada acara sendiri yakni rekreasi ke pantai Mirota.

Tidak semua perusahaan di KIB yang kesultan mengirimkan perwakilannya mengikuti upacara. Ada juga perusahaan yang patut diacungi jempol. Perusahana yang mengirimkan perwakilannya mengikuti upacara adalah PT PSECB. Jumlah karyawan yang dikirm mencapai seratusan orang. PT PCSEC juga melakukan upacara bendera di halaman pabrik.

Namun penulis penasaran dengan kondisi sebagaian pekerja di KIB yang menilai nasionalisme dengan sebatas uang. Kalau nasionalisme dapat dibeli dengan uang adalah sebuah peringatan bagi pemimpin bangsa ini. Karena selama ini gejala lunturnya nasionalisme di masyarakat sudah banyak bermunculan. Di Karimun hampir 70 persen warganya tidak bisa menyanyikan lagu Indonesia Raya. Bahkan anggota DPR sebelum pidato Presiden dilaksanakan juga lupa menyanyikan lagu Indonesia Raya. Padahal menyanyikan lagu Indonesia raya adalah prosedur tetap.

Di Natuna salah seorang Ketua LSM yang kecewa menyatakan siap merdeka. Seperti dilaporkan Batam Pos tanggal 21 Agustus 2009 yang menampilkan kutipan isi rekaman video dari ketua LSM di Natuna bernama Muhammad Faidino, Kepada yang terhormat bapak presiden RI, saya atas nama ketua LSM Bunguran Peduli dengan ini menyatakan sesingkat-singkatnya, apabila batas wilayah Kabupaten Natuna diralat atau diubah terkait masalah Dana Bagi Hasil natuna – Anambas, maka saya menyatakan Natuna merdeka bila perjuangannya tidak berhasil.

Pernyataan Muhammad Faidino di atas adalah perbuatan makar menurut Dandim Natuna Letkol CZI I wayan Aditya.

Nasionalisme adalah satu paham yang menciptakan danmemepertahankan kedaulatan negara dengan mewujudkan konsep identitas bersama untuk sekelompok manusia.

Adalah tanggungjawab bersama untuk memelihara semangat nasionalisme kaum pemuda. Okelah di satu satu sisi pemuda sudah berhasil di dunia kerja dengan jabatan hebat. Namun apalah arti semua kehebatan tersebut bila nasionalismenya hanya diukur dengan uang. Padahal pejuang terdahulu rela mengorbankan jiwa, raga, harta, harga diri, demi tanah air bangsa dan negara. Merdeka! (M.Rusli)